Nawal
Juni 18, 2017
0 Comments
LAPORAN HASIL PENGAMATAN
(Kesulitan Siswa
Belajar Matematika dan Kesulitan Guru Saat Mengajar Matematika Kelas X SMA
Muhammadiyah 2 Metro)

Dosen Pengampu :
Ira Vahlia, M.Pd
Yeni Rahmawati, M.Pd
Disusun Oleh :
1.
Dian Nurhayati (16310006)
2.
Muhammad Irhas (16310029)
3.
Nawal Sartika Sari (16310050)
4.
Revi Diah Ayu Indriyati (16310019)
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH METRO
2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang “Laporan Hasil
Pengamatan di SMA Muhammadiyah 2 Metro” yang penulis sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik di
Universitas Muhammadiyah Metro.
Dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Metro, 25 Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar
Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan ......................................................................................... 2
D. Metode
Penelitian ....................................................................................... 2
BAB II LANDASAN
TEORI............................................................................... 3
A. Pengertian Perkembangan
Peserta Didik .................................................... 3
B. Masa- Masa Perkembangan ........................................................................ 3
C. Teori Perkembangan ................................................................................... 5
BAB III HASIL DAN
PEMBAHASAN
............................................................ 7
A.
Waktu
Pelaksanaan...................................................................................... 7
B.
Hasil dan
Pembahasan................................................................................. 7
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 11
A.
Kesimpulan ................................................................................................. 11
B.
Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar, proses terjadinya pendidikan bersumber
kepada dua hal yaitu Guru sebagai pendidik dan pengajar serta Anak didik yang
menerima pendidikan itu sendiri. Dalam masa-masa usia sekolah dasar guru
ditugaskan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak didiknya, seperti
keadaan keluarga, taraf sosial ekonomi, budaya dan lingkungan sekitar serta
watak dan sifat anak didiknya serta guru juga harus memahami keberadaan setiap
individu anak sebagai wujud yang utuh, menangani setiap permasalahan yang
muncul dari diri anak dalam peristiwa belajar
Pada masa remaja anak cenderung labiil atau belum menemukan
jati dirinya dalam ini guru harus memahami semua karakteristik anak didiknya
yang masih senang untuk bermain. Dunia bermain sangat berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Karena bermain dapat memberikan kesempatan kepada
anak untuk berfikir dan berimajinatif serta penuh daya akal yang erat
hubungannya dengan perkembangan kreatifitas anak.
Pada pembahasan kali ini penulis akan membahas kesulitan
siswa kelas X SMA dalam pembelajaran Matematika. Serta membahasas peranan Guru
dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran Matematika.
Oleh karena itu, Guru dituntut
untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan
kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada dilingkungan sekitar
kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak
abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu guru juga dituntut agar dapat
mengatasi berbagai permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran berjalan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kusulitan siswa kelas X SMA
di SMA Muhammadiyah 2 dalam proses pembelajaran Matetamatika?
2. Bagaiman cara guru mengatasi kesulitan
yang timbul pada siswa dalam proses pembelajaran Matematika?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahiu kesulitan siswa kelas
X di SMA Muhammadiyah 2 Metro dalam proses pembelajaran Matematika.
2. Untuk mengetahui cara guru dalam
mengatasi kesulitan yang timbul pada siswa dalam proses pembelajaran
Matematika.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah menggunakan Angket dan wawancara. Dalam
penelitian ini observasi ditujukan kepada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2
Metro yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran Matematika. Serta
peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar Matematika pada siswa kelas X
SMA Muhammadiyah 2 Metro.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Umum
Perkemabangan peserta didik
merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan yang
secara khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada
tahap usia prenatal hingga meninggal. Sebagai individu yang tenagh mengalami
perkembangan, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten
menuju kea rah titik optimal kemampuan fitrahnya. Tujuan mempelajari psikologi
belajar, antara lain; untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi
lebih bijaksana dalam usahanya membimbing murid dalam proses belajar, dan agar
para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu system pendidikan yang efisien
dan efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam
proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang
berlangsung guna meningkatkan kearah yang lebih baik.(Humalik, 2010)
B.
Masa-Masa Perkembangan
Para ahli psikologi membagi-bagi masa perkembangan itu
menurut pendapat yang berbeda-beda dengan mempergunakan dasar-dasar pemikiran
yang berlainan.
1.
Pembagian Aristoteles
Aristoteles (384-322 sebelum Masehi)
adalah seorangdari tiga ahli filsafat dan pendidik kenamaan bangsa Yunani pada
zamannya. Menurut Aristoteles ada tiga masa perkembangan, yaitu :
a. Periode
anak kecil (kleuter), usia sampai 7 tahun
b. Periode anak sekolah, usia 7
sampai 14 tahun
c. Periode
pubertas (remaja), usia 14 sampai 21 tahun
Peralihan antara masa pertama dengan masa kedua ditandai
dengan pergantian gigi. Peralihan antara masa kedua dengan masa ketiga dengan
tumbuhnya bulu-bulu menjelang masa remaja. Pembagian masa perkembangan menurut
pola Aristoteles itu masih dijadikan bahan pemikiran sampai sekarang dengan
alasan-alasan yang berlainan.(Zulkifli, 2012)
2.
Pembagian Ch. Buhler
Charlote Buhler ,seorang ahli
psikologi, dalam bukunya Practische Kinder Psychologie mengemukakan masa
perkembangan anak dan pemuda sebagi berikut :
a.
Masa pertama, usia sampai 1 tahun
Pada asa ini anak berlatih mengenal
dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. Pada waktu lahirnya ia
mengalami dunia tersendiri yang tak ada hubungnnya dengan lingkungannya.
Perangsang-perangsang luar hanya sebagian kecil yang dapat disambutnya,
sebagian besar lainnya masih ditolaknya. Pada masa ini terdapa dua peristiwa
yang penting, yaitu belajar berjalan dan berbicara.
b.
Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun
Keadaan dunia luar makin dikuasai
dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya.
Dunia luar dilihat dan dinilainya menurut keadaan dan sifat batinnya. Semua
binatang dan benda mati disamakan dengan dirinya. Bila ia berusia 3 tahun ia
akan mengalami krisi pertama (Trotzalter I)
c.
Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun
Keinginan bermain berkembang menjadi
semangat bekerja. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi.
Demikian pula rasa sosialnya semakin tinggi. Pandangan terhadap dunia
sekelilingnya ditinjau dan diterima secara objektif.
d.
Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun
Keinginan maju dan memahami
kenyataan mencapai puncaknya. Pertumbuhan jasmani sangat subur pada usia 10
sampai 12 tahun. Kejiwaanya tampak tenang, seakan-akan ia bersiap-siap untuk
menghadapi perubahan yang akan dating. Ketika anak perempuan berusia 12 sampai
13 tahun, anak laki-laki berusia 13 sampai 14 tahun, mereka mengalami masa
krisis dalam proses perkembangannya. Pada masa ini mulai timbul kritik terhadap
diri sendiri, kesadaran akan kemauan, penuh pertimbangan, mengutamakan tenaga
sendiri, disertai berbagai pertentangan yang timbul dengan dunia lingkungan, dan
sebagainya.
e.
Masa
kelima, usia 14 sampai 19 tahun
Pada awal masa pubertas anak keliahtan lebih subjektif.
Kemampuan dan kesadaran dirinya terus meningkat. Hal ini mempengaruhi
sifat-sifat dan tingkah-lakunya. Anak dimasa pubernya selalu merasa gelisah
karena mereka sedang mengalami strum
und drang(ingin memberontak, gemar mengeritik, suka menentang dan
sebagainya). Pada akhir masa pubertas, yaitu sekitar usia 17 tahun, anak mulai
mencapai perpaduan (sintesis), keseimbangan antara dirinya sendiri dengan pengaruh
dunia lingkungan. Mereka membentuk pribadi, menerima norma-norma budaya dan
kehidupan. Bila kelihatan gejala-gejala seperti itu, menurut kohnstam,
merupakan pertanda bahwa remaja itu mulai memasuki masa matang.(Nurjan, 2009)
C. Teori Perkembangan
Dewasa ini ada tiga teori atau
pendekatan mengenai Perkembangan, yaitu pendekatan-pendekatan kognitif belajar
atau lingkungan, dan etologis.(yusuf, 2012)
1. Pendekatan Pengembangan
Kognitif
Pendekatan ini didasarkan kepada keyakinan bahwa kemampuan
kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbung tingkah laku
anak. Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana
pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya.
a. Pendekatan Belajar Atau Lingkungan
Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi
bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip
belajar. Di sini dibedakan antara tingkah laku yang dipelajari dengan yang
temporer (tidak dapat diamati).
Teori lain dari pendekatan ini adalahmodel belajar sosial.
Model ini sangat dipengaruhi oelh pemikian Albert Bandura yang lebih mengajukan
peranan faktor kognitif dari pada analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya
adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku anak berubahh
sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model seperti
orang tua, guru, teman, pahlawan dan bintang film. Hal yang paling penting dari
model adalah mencontoh tingkah laku yang diobservasi atau mengabstraksinya
dalam bentuk yang umum.
b. Pendekatan Etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif
evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan
pertamanya oleh Charles Darwin. Konsep ini merujuk kepada asal-usul biologis
atau evolusioner tentang tingkah laku sosial. Para etologis sangat
memperhatikan studi tentang penyebab evolusioner terhadap tingkah laku,
walaupun mereka memiliki perhatian terhadap peranan “conditioning” dan prinsip-prinsip belajar terhadap
tingkah laku namun upaya mereka sangat kondentrasikan kepada pemahaman tentang
bagaimana proses bawaan mempengaruhi perkembangan. Proses bawaan ini termasuk
mekanisme genetika yang mentransmisi atau mewariskan karakterisitik fisik dan
tingkah laku dari satu generasi ke generasi, serta mekanisme biologis yang
mengontrol lahirnya pola-pola tingkah laku naluriah.
Lorenz dan Timberger dua orang pendiri gerakan etologi,
mengindentifikasi empat karakterisitik tingkah laku bawaan, yaitu (a) universal
(b) stereotip (3) bukan hasil belajar (4) sangat minim sekali pengauh
lingkungan. Para etologis menggambarkan bagaimana urutan-urutan yang kompleks
dari respon bawaan dipicu oleh stimulasi dalam lingkungan dan bagaimana
mekanisme bawaan seperti“imprinting” (proses
dimana berbagai jenis spesies yang baru lahir membentuk ikatan emosinonal
dengan induknya) mempengaruhi proses belajar.
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A.
Pelakasanan Kegiatan Observasi
Hari :
Senin
Tanggal :
22 Mei 2017
Tempat : SMA Muhammadiyah 2 Metro
B.
Hasil
Observasi
Wawancara tentang kesulitan mengajar siswa dalam
pandangan guru.
Narasumber : Siswa dan Guru
Mata pelajaran : Matematika
Pewawancara : Nawal Sarika Sari, Dian Nurhayati,
Revi Diah Ayu.I, M. Irhas
Berikut hasil wawancara yang telah
dilakukan :
1.
Bagaimana kesulitan mengajar siswa dari segi penglihatan
guru ?
Jawaban
: Saya sering
kesulitan dalam mengkondisikan siswa agar lebih konsentrasi terhadap pelajaran
saya, ada bebarapa siswa yang belum bisa membaca dan terdapat 3 siswa
hiperaktif yang sulit untuk diatur
2.
Apa perbedaan yang mencolok antara siswa yang pendiam dan
hiperaktif ?
Jawaban
: Anak yan
ghiperaktif menurut saya kurang mampu menguasai pelajaran justru anak yang
pendiam lebih memahami pelajaran serta mendapat nilai bagus
3.
Apakah sekolah memfasilitasi untuk mengatasi masalah siswa
misal yang hiperaktif,terlalu pendiam atau siswa yang tidak bisa membaca?
Jawaban
: Saya rasa tidak ada
hal seperti itu karena jika dalam kelas melakukan hal demikian guru tidak bisa
fokus terhadap semua siswa jadi takut tertinggal untuk siswa lain tetapi saya
membantu sebisa saya meski tidak maksimal.
4.
Permasalahan yang dihadapi siswa apakah mengganggu dalam
proses belajar mengajar?
Jawaban
: Sangat mengganggu
karena siswa yang hiperaktif tersebut mempengaruhi teman-temannya
5.
Bagaimana hubungan pihak sekolah dengan wali murid apakah
diberitahu tentang kesulitan siswa dalam belajar apa saja ?
Jawaban
: Saya kira hubungan
pihak sekolah sangat minim karena hanya bertemu saat pembagian rapot saja
itupun ada wali murid yang tidak hadir tetapi untuk hasil belajar dan kesulitan
siswa tetap diberitahukan kepada masing-masing wali murid
6.
Apa strategi yang Ibu lakukan untuk mengajar ?
Jawaban
: Karena anak-anak
senang terhadap permainan misal dalam bab bangun ruang saya sering mengajak
anak-anak melakukan permainan tertentu yang berhubungan dnegan bab itu.
7.
Bagaimana menurut Anda apakah sistem yang digunakan sekolah
sudah sesuai untuk anak-anak misal untuk penempatan jadwal pelajaran ?
Jawaban
: Saya kira sudah
sesuai selain menempatkan jadwal sesuai dengan kondisi guru tapi juga tepat
untuk anak-anak.
8.
Bagaimana
cara Ibu menghadapi peserta didik yang sedang mengalami perkembangan dimasa
remaja yang sedang labil-labilnya?
Jawaban
: Jadi dalam menghadapi peserta didik yang sedang mengalami peekembangan pada
masa remaja sulit untuk diatur dan diarahkan, sehingga dalam penyampaian materi
lebih banyak melakukan pendekatan dengan membentuk kelompok belajar agar mereka
lebih mudah memahami.
9.
Apakah
peserta didik bertanya jika mengalami kesulitan dalam belajar?
Jawaban
: Iya, pesrta didik cenderung aktif
dalam melakukan Tanya jawab.
10.
Bagaimana
cara Ibu mengatasi peserta didik yang lamban dalam memahami materi yang
disampaikan?
Jawaban
: Caranya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya apa yang menurut mereka kurang dipahami.
Dengan
pemberian angket, maka dapat memudahkan peneliti dalam merumuskan berbagai
persoalan yang ada dalam prosses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika
kelas X SMA Muhammadiyah 2 Metro.
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN MINAT SISWA BELAJAR DI SMA MUHAMMADIYAH 2 METRO
Nama Siswa :
Kelas/Jurusan :
Jenis Kelamin :
Petunjuk
1. Perhatikan
dan cermati setiap pertanyaan sebelum memilih jawaban.
2. Pilih
satu jawaban pada masing-masing pertanyaan dengan pasti jangan ragu atau takut.
3. Gunakan
kejujuran anda dan jangan terpengaruh oleh jawaban teman.
Pertanyaan
1. Apakah
anda aktif mengikuti pembelajaran matematika sesuai jadwal?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Apakah
anda merasa senang saat guru hadir dan mengajar matematika?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
3. Apakah
anda memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
4. Apakah
anda menyukai cara penyampaian guru dalam menjelaskan pelajaran matematika?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Apakah
anda mengalami kesulitan dalam belajar matematika?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
6. Apakah
anda bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan ketika belajar matemataika?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
7. Apakah
ada mengulang kembali pelajaran yang telah disampikan guru ketika dirumah?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
8. Apakah
anda ingin agar jam pelajaran matematika ditambah?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
9. Apakah
anda sering berdiskusi dengan teman anda ketika mengalami kesulitan belajar
matematika?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
10. Apakah
anda memiliki target belajar matematika diluar sekolah?
a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi pada siswa yang berkesulitan belajar matematika
dan guru, sebagian siswa menganggap beberapa materi matematika sulit. Status
sekolah tersebut juga sangat menentukan anak tersebut dalam memahami pelajaran
matematika disekolah, karena sekolah yang kami observasi adalah sekolah swasta
kebanyakan anaknya cenderung banyak yang sulit memahami pelajaran matematika
disekolah itu dosebabkan karena kecerdasan siswa disekolah tersebut, sebenarnya
mereka mampu namun karena mereka tidak pernah megulang pelajaran yang telah
disampaikan oleh guru dirumah maka mereka pun mengalami kesulitan memahami
materi, selain itu metode yang digunakan oleh guru mungkin dianggap tidak
menarik oleh siswa terkadang guru masih menggunakan metode ceramah, mungkin
jika menggunakan metode diskusi dengan membuat kelompok belajar kecil mereka
akan memahami materi yang mereka anggap sulit karena bisa bertanya dengan
temannya.
Sekitar
80% siswa berdasarkan observasi di
sekolah tersebut menganggap pelajaran matematika itu sulit sehingga mereka
tidak mau untuk lebih mendalami pelajaran tersebut karena para siswa tersebut
sudah menganggap sulit pelajaran matematika tersebut. Namun ada beberapa siswa
yang memang mampu mengatasi kesulitan belajar yang mereka alami dengan metode
mereka sendiri seperti bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan, dan
melakukan diskusi dengan teman sebaya atau bahkan mereka manambah jam pelajaran
diluar sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika kelas X di SMA
Muhammadiyah 2 Metro berjalan dengan optimal dan kondusif. Dari observasi yang telah kami lakukan dengan
metode wawancara kepada guru dan pemberian angket kepada siswa di kelas X menjelaskan
bahwa kesulitan yang dialami para siswa disekolah tersebut dalam memahami
pelajaran matematika disebabkan karena berbagai faktor yang utama yaitu kurang
mampunya mereka berikir untuk memecahkan masalah yang ada didalam materi
tersebut, mereka cenderung sudah menganggap sulit pelajaan matematika tersebut
dan bahkan mereka tidak mau mengulang kembali pelajaran untuk mengatasi
kesulitan belajar mereka karena mereka bersekolah di swasta mungkin itu yang
melatarbelakangi mereka minta belajar matematikanya sangat sedikit. Tapi mereka
masih mau berusaha untuk mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan oleh
gurunya tersebut.
B.
Saran
Bagi siswa sebaiknya mereka meningkatkan
motivasi dan minat belajar mereka terhadap matematika, karena matematika itu
sanagat penting untuk kehidupan sehari-hari. Mereka harus mampu mengatasi kesulitan
belajar matematika yang ada didalam diri mereka karena siapa lagi yang akan
merubah diri mereka selain mereka sendiri. Bagi guru mungkin sebaiknya bisa
menerapkan metode lebih menarik lagi supaya minta siswa dalam belajar
matematika dapat meningkat serta mereka dapat terus terpacu untuk mengatasi
kesuitan belajar matematika tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu H.
LN. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar &
Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Zulkifli. 2012. Psikologi
Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nurjan, Syarifan, Mukhlisan, dkk. 2009. Psikologi Belajar. Surabaya : Amanah
Pustaka